Pages

Senin, 06 September 2010

Renungan Menjelang Idul Fitri 1431 H

Menjelang sepuluh hari berakhirnya Ramadan 1431 H media massa memuat salahsatu berita yang cukup memprihatinkan dengan judul”Stress Lebaran Guru PNS Gantung Diri”. Judulnya sangat mengerikan dan membuat orang miris dan bertanya-tanya, ada apa gerangan seorang PNS yang notabene lebih mapan, lebih berkecukupan apalagi dia seorang guru nekat mengakhiri hidupnya dengan jalan gantung diri. Jika kita membaca lebih lanjut berita ini terjadi tujuh hari menjelang lebaran. Tepatnya tanggal 5 September 2010. Menurut sumber berita nama korban gantung diri ini adalah seorang Guru PNS SD bernama Sudarti berasal dari kecamatan Kedewan, Bonjonegoro Jawa timur. Sudarti tewas ketika jam menunjukan waktu 03.00 waktu setempat dan saatnya melakukan sahur bagi yang berpuasa. Sang suami merasa aneh kenapa istrinya tidak keluar-keluar padahal biasanya dia yang paling dulu masak untuk sahur keluarganya. Merasa curiga sang suami segera menuju kamar tidur sang istri, lebih anehnya lagi kamar terkunci dari dalam, dipanggil-panggil berkali-kali tidak ada sahutan, maka pintu segera didobrak suami itu,. Alangkah terkejutnya sang suami melihat istrinya sudah tidak bernyawa dan tergantung kaku di blandar rumahnya dengan selendang warna kuning sementara dibawahnya terlihat kursi terguling. Menurut pengakuan saksi-saksi, korban terlihat murung sebelum terjadi peristiwa itu. Kemungkinan ia memikirkan kebutuhan ekonomi yang makin melambung menjelang lebaran, apalagi ia mempunyai 3 orang anak dan dua anak asuh, meski suaminya juga seorang perangkat desa setempat. Menurut kapolsek setempat sudarti murni bunuh diri karena tekanan ekonomi mengingat banyak beban yang harus ia tanggung, karena korban juga punya orang tua yang sakit menahun dan perlu obat. Pada jenazah korban tidak ditemukan cirri-ciri penganiayaan. Sungguh miris dan betapa prihatinnya ketika membaca berita ini. Saat yang baik dan penuh berkah menjelang berakhirnya bulan Ramadan justru harus berakhir dengan tragis dan memilukan keluarganya. Mungkin ini contoh kecil dari kejadian menjelang lebaran. Masih banyak sudarti-sudarti lainnya yang juga menjerit oleh mahalnya kebutuhan menjelang hari raya idul fitri ini. Pertanyaanya apakah memang gaji seorang guru PNS SD terlalu kecil, bukankah sekarang ini sudah ada tunjangan sertifikasi. Apakah sudarti sudah lolos sertifikasi atau belum? Banyak pertanyaan yang muncul dibenak kita melihat buramnya potret seorang guru. Seorang guru yang harusnya memberikan pencerahan justru malah sebaliknya. Salah siapakah ini, apakah memang harus terjadi seperti ini terus tiap tahun menjelang lebaran tiba, kemana perhatian pemerintah. Apa langkah nyata yang harus dlakukan oleh yang berkuasa saat ini. 
Perbedaan yang sangat mencolok sangat terlihat di negeri yang kaya raya ini. Kita bisa melihat mobil mewah lalu lalang di jalan raya, kita lihat toko-toko penuh diserbu orang untuk belanja lebaran, rumah-rumah mewah bertebaran dan dipercantik menjelang hari raya. Para konglomerat dan orang kaya beromba-lomba ibadah umroh dan haji berkali-kali, namun disisi lain masih banyak sudarti-sudarti lainnya yang menjerit karena tidak mampu membelikan sekedar baju baru satu stel untuk anak-anaknya. Kemana hari nurani para orang kaya dan pemerintah ini. Disaat yang sama justru para koruptor dibebaskan dan diberi fasilitas super oleh pemerintah, tapi rakyat kecil yang nyata-nyata perlu bantuan sekedar untuk membeli baju dan ikut berbahagia di hari lebaran setahun sekali sama sekali luput dari perhatian pemerintah.
Menjelang lenbaran memang kebutuhan hidup akan meningkat, karena momen lebaran ini oleh kebanyakan orang dimaknai sebagai kesempatan untuk membelanjakan kebutuhan hidup sehari-hari lain dari hari biasanya. Potret Sudarti ingin memenuhi semua keinginannya dan keluarganya agar bisa menikmati hari raya seperti tetanga-tetanggaya yang lain. Sudarti ingin dia dapat menyajikan makanan yang istimewa untuk keluarga dan kerabatnya yang berkunjung kerumahnya, dia ingin melihat senyum anak-anaknya ketika memakai baju baru di hari lebaran, dia ingin mempercantik rumahnya dan keinginan-keingiinan lainnya agar ia bisa seperti tetangga-tetangganya juga. Namun keinginan sudarti sepertinya sulit dipenuhi karena dia hanya seorang Guru PNS SD, apa daya gaji seorang guru. Akhirnya dia sudah tidak mampu lagi berpikir untuk menghadapi beban berat saat menjelang lebaran. Maka ketika dia sudah tidak mampu lagi berpikir dan tidak menemukan jalan keluar , maka dia berpikir tidak ada cara lain untuk menyelesaikan masalahnya itu . Harus ada jalan pintas untuk mengatasi masalahnya. Namun sayangnya jalan pintas agar dia bebas dari masalah yang selalu membelenggunya salah, karena yang dia pilih adalah hal yang mengerikan yaitu gantung diri.
Lagi-lagi berita seperti ini akan selalu muncul menjelang akhir Ramadan. Sepertinya sepuluh akhir ramdan ini bagi kebanyakan orang adalah hari-hari untuk mempersiapkan kemewahan hari raya secara fisik. Banyak dari kita tidak mampu melawan hawa nafsu menjelang berakhirnya Ramadan untuk tidak belanja menghabiskan ratusan ribu sampai jutaan rupiah ke pasar, ke toko, atau swalayan untuk mempersiapakkan lebaran. Akhirnya berlomba-lombalah orang untuk memuaskan hawa nafsu berbelanja di penghujung ramadan. Kalau kita lihat betapa di pasar, swalayan, supermarket sampai hypermarket menjadi tempat primadona yang banyak diburu, lautan manusia memenuhi semua temapt-tempat itu, mereka antri dan berjubel saling mendesak untuk membeli barang yang akan dipakai di hari raya itu sekedar untuk memuaskan nafsu fisik untuk penampilan sempurna di hari raya menurut kacamata manusia.
Sebaliknya fenomena di masjid, mushola, langgar akan semakin sepi menjelang detik-detik berakhirnya ramadan. Hanya beberapa gelintir manusia yang masih kuat untuk tidak tergoda memuaskan nafsu duniawinya menjelang 10 akhir Ramadan ini. Orang-orang ini berusaha untuk memanfaatkan waktu yang tersisa menjelang berakhirnya perpisahan dengan bulan ramadan. Mereka memuaskan dan menyibukan diri untuk semakin mendekat kepada Sang khalik. Hanya orang yang cerdas kalbunya saja yang bisa menangkap peluang 10 hari menjelang berakhirnya bulan yang selalu dirindukan ini. Apalagi di sepuluh akhir bulan ramadan ini sebagai telah dijanjikan oleh Nabinya ada malam yang sangat istimewa bagi yang dapat beribadah di dalamnya akan di ganjar dengan pahala yang kebaikannya melebihi dari 1000 bulan. Orang – orang ini berharap puasanya menjadi sempurna untuk kemudian memperoleh derajad takwa sebagaimana disebutkan dalam Alqur’an surat Al Baqoroh : 183.

Artinya: " Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". 
 
Jadi muara dari berpuasa selama sebulan penuh adalah untuk membentuk pribadi yang unggul dan bertaqwa yang peka terhadap kondisi disekitar kita. Orang yang bertaqwa bisa mengimplemantiskan hasil puasanya dibulan-bulan selanjutnya. Jadi tidak terhenti di bulan Ramadan saja, tapi terus berkelanjutan dan membentuk pribadi-pribadi muslim yang bisa membawa rahmat bagi lingkungannya. Setidaknya derajat taqwa menjauhkan diriya dari berbagai kemaksiatan yang selalu ditiupkan syetan beserta antek-anteknya. Efek lainnya adalah dengan hasil puasa dapat meningkatkan nilai empati dan kepekaan sosial. Tidak akan terjadi lagi kasus-kasus seperti sudarti yang mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis gara-gara tidak bisa menikmati lebaran seperti orang lainnya. Akhirnya kita semua berharap melalui puasa disamping membentuk pribadi yang bertakwa juga akan membentuk pribadi yang memiliki keshalehan social yang peka terhadap penderitaan orang lain dan selalu berbuat kebaikan untuk sesama. Selamat Hari Lebaran 1431 H dan semoga di hari raya idul Fitri 1431 H ini kita kembali menjadi insan yang suci lahir dan batin dan Semoga Allah menjadikan kita termasuk kategori orang – orang yang bertaqwa..Amiin
Banjarbaru , 26 Ramadan 1431 H
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...