Pages

Kamis, 30 Desember 2010

Piala AFF Momentum Bersatunya Suporter Tanah Air

 


Meylan Fredy Ismawan - detiksport


Jakarta - Ada hikmah yang bisa dipetik dari gelaran Piala AFF 2010 yang baru saja berakhir. Berbagai elemen suporter yang sebelumnya sering terlibat gesekan, kini bersatu padu dalam semangat kebersamaan mendukung timnas Indonesia.

Piala AFF 2010 berakhir dengan damai. Tak ada kerusuhan atau aksi anarkis yang dilakukan suporter Indonesia meski tim 'Merah Putih' gagal juara setelah dikalahkan Malaysia.

Sportivitas yang diusung suporter Indonesia ini memang patut diacungi jempol. Mereka sama sekali tak memandang asal daerah, basis klub yang mereka dukung di kompetisi lokal, dan sejarah panjang perselisihan antarsuporter klub. Semua suporter yang tumpah ruah di stadion setiap kali Indonesia bertanding kompak dan punya tujuan yang sama: mendukung tim Garuda.

Selasa, 21 Desember 2010

Piala AFF

Hadapi Indonesia, Malaysia maksimalkan laga kandang

Malaysia punya strategi khusus untuk mengalahkan Indonesia di final Piala AFF. Salah satunya adalah memaksimalkan laga kandang di Kuala Lumpur pada 26 Desember mendatang. Malaysia menjadikan Stadion Nasional Bukit Jalil sebagai tempat menjamu Indonesia, dan mereka akan kembali bermain di Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta, pada laga final kedua 29 Desember.
Malaysia“Kami akan mencoba memenangi leg pertama, seperti yang kami lakukan saat menghadapi semifinal pertama melawan Vietnam. Kami punya banyak fans di belakang kami yang membuat kami bermain lebih nyaman hari Minggu nanti,” ujar kapten Malaysia, Mohd Safiq Rahim, seperti dikutip The Star.
“Ya, itu adalah hasil yang memalukan (kekalahan 1-5) melawan Indonesia dalam pertandingan pembukaan. Tapi kami telah banyak berkembang selama turnamen berlangsung,” imbuh pemain 23 tahun ini.
Strategi Malaysia untuk memaksimalkan laga kandang memang terbukti manjur. Juara bertahan Vietnam sudah jadi salah satu korbannya.

Cerita tentang Guru Profesional

SEKELUMIT PENGALAMAN SAYA DALAM UPAYA TERUS-MENERUS UNTUK
MENJADI GURU PROFESIONAL
Penulis : Zainal Abidinb (Artikel ini diikutkan dalam Lomba Penulisan Artikel Pendidikan untuk Guru Se-Indonesia ISPI Jawa Tengah 2010) 

Bismillahirrahmanirrahim 
I. Pendahuluan 
Tulisan ini saya awali dengan penggalan catatan singkat perjalanan kegiatan saya sebagai guru. Tahun 1992 saya mulai menjadi guru di SMAN 3 Bandar Lampung. Saya lulusan D3 Pendidikan Fisika dari FKIP Universitas Lampung. Pada1996 saya mengikuti program penyetaraan S1 selama satu tahun di tempat yang sama pada waktu mengikuti pendidikan D3. Selama lebih kurang tujuh tahun saya  melaksanakan proses pembelajaran baik di ruang kelas atau di laboratorium. Saya bergaul dengan rekan-rekan guru,siswa-siswi dan anggota masyarakat sekolah lainnya sambil terus menambah pengetahuan tentang proses pembelajaran secara otodidak. Sesekali mendapat tugas mengikuti pelatihan untuk guru yang ditunjuk oleh pihak sekolah.
Pada 1999, sepengetahuan saya hanya ada satu warnet di kota tempat sekolah saya berada. Pada hari minggu saya mengajak siswa-siswi saya untuk belajar dengan internet di warnet itu. Pada waktu itu saya tidak punya komputer dan di sekolah saya hanya ada sekitar sepuluh komputer. Saya belajar komputer secara otodidak dan tidak pernah kursus komputer. Keinginan saya untuk terus belajar tentang teknologi informatika dan komunikasi terus menyala dan ternyata  pada 2002 saya menjadi pemakalah pada Simposium Nasional I Inovasi Pembelajaran dan Pengelolaan Sekolah di Jakarta bersama dua orang guru dari Lampung. Selanjutnya, saya senang mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menambah pengetahuan saya dan berkomunikasi via email dan berbagai komunitas di internet dengan para ahli serta menjalin komunikasi dengan sesama guru dan teman-teman di seluruh dunia. Dari sini, saya mulai merefleksi tentang peran guru di sekolah maupun di masyarakat. Saya berinovasi dalam pembelajaran dan saya pernah tuangkan dalam bentuk penelitian tindakan kelas dan mendapat penghargaan sebagai juara dua tingkat provinsi Lampung yang diselenggarakan oleh LPMP Lampun bulan Desember 2008. Selain sebagai anggota PGRI Bandar Lampung, saya menjadi Pengurus Asosiasi Guru Fisika (AGFI) Pusat Jakarta dan Pengurus AGFI Wilayah Lampung. Bersama rekan-rekan guru fisika di Lampung, saya pernah mengadakan Seminar dan Diklat Nasional Fisika Gasing (Gampang, Asyik dan Menengkan), 15 Nopember 2008.Bulan Desember 2009 saya lulus sertifikasiguru dan sampai saat ini dan semoga seterusnya saya berharap diberikan kesempatan dan kemampuan untuk selalu bekerja dan memperbaiki pekerjaan saya sebagai guru. Dari sepenggal cacatan di atas, saya ingin menuliskan refleksi saya tentang pendidikan, sekolah dan profesionalisme guru dengan mencari evidensi dan relevaansi di dalamnya. Tulisan diakhiri dengan penutup yang merupakan simpulan tulisan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...