Dalil Puasa Asyuro
Keutamaan Puasa Asyura.
Asyura Adalah Hari Ke-10.
Berdasarkan hadits-hadist berikut ini. “Dahulu
Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa Asyura, tatkala puasa Ramadhan
diwajibkan, maka bagi siapa yang ingin berpuasa puasalah, dan siapa
yang tidak ingin, tidak usah berpuasa” (HR. Bukhari no. 2001)
Tatkala Nabi hijrah ke Madinah beliau mendapati orang-orang Yahudi
berpuasa pada hari itu, lalu beliau bertanya kepada mereka, “Kenapa
kalian berpuasa?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya pada hari ini Allah
Ta’ala telah menyelamatkan Musa dan kaumnya dan membinasakan Fir’aun
beserta kaumnya. Dan Musa berpuasa pada harinya, maka kamipun berpuasa.”
Kemudian beliau berkata, “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian.” (HR Bukhari no. 2004, Muslim no. 1130). Maka Nabi berpuasa pada hari itu dan memerintahkan untuk melakukan puasanya.
Keutamaan Puasa Asyura.
Ibnu Abbas d ditanya tentang puasa Asyura, jawabnya, “Saya
tidak mengetahui bahwa Rasulullah puasa pada hari yang paling dicari
keutamaannya selain hari ini (Asyura) dan bulan Ramadhan” (HR. Bukhari no. 1902, Muslim no. 1132)
Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu, berdasarkan hadits
berikut, “Rasulullah ditanya tentang puasa Asyura, jawab beliau , “Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu”(HR. Muslim no. 1162, Tirmidzi no. 752)
Asyura Adalah Hari Ke-10.
dari Ibnu Abbas , tatkala Rasulullah berpuasa Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashara”, Maka beliau bersabda, “Tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari ke-9”. Ibnu Abbas berkata, “Tahun berikutnya belum datang Rasulullah keburu meninggal” (HR. Muslim no. 1134)
Imam Nawawi berkata, “Jumhur ulama salaf dan khalaf berpendapat bahwa
hari Asyura adalah hari ke-10. Yang berpendapat demikian diantaranya
adalah Sa’id bin Musayyib, Al-Hasan Al-Bashri, Malik bin Anas, Ahmad bin
Hambal, Ishaq bin Rahawaih dan banyak lagi. Pendapat ini sesuai dengan
(dzahir) teks hadits dan tuntutan lafadznya”. (Syarah Shahih Muslim
9/205)
Hanya saja Rasulullah berniat untuk berpuasa hari ke-9 sebagai penyelisihan terhadap ahlul kitab,
setelah dikhabarkan kepada beliau bahwa hari tersebut diagungkan oleh
orang-orang Yahudi dan Nashara. Oleh karena itu Imam Nawawi berkata, “
Imam Syafi’i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya berpendapat
; Disunnahkan untuk berpuasa hari ke-9 dan ke-10 karena Nabi berpuasa hari ke-10 serta berniat untuk puasa hari ke-9.
Sebagian Ulama berkata, “Barangkali sebab puasa hari ke-9 bersama hari
ke-10 adalah agar tidak menyerupai orang-orang Yahudi jika hanya
berpuasa hari kesepuluh saja. Dan dalam hadits tersebut memang terdapat
indikasi ka arah itu” (Syarah Shahih Muslim 9/205)
Selain ada yang berpendapat seperti diatas, sebagian ulama
berpendapat hendaknya berpuasa satu hari sebelum dan sesudahnya
berdasarkan hadits. Rasulullah bersabda, “Berpuasalah hari Asyura dan berbedalah dengan orang Yahudi, (dengan) berpuasalah 1 hari sebelumnya dan sesudahnya” (HR. Ahmad no. 2155).
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, sudah sepatutnya bagi
seorang muslim yang baik untuk mengisi bulan Muharram ini dengan amal
shalih, dan menjalankan ibadah puasa Asyura.
Sumber: Buletin Istiqomah