Suatu pagi, di rumah guru yang sangat sederhana. Si guru harus menimba
air di sumur jam 4 pagi. Untuk dirinya dan anak2nya. Lalu dia mengurus
anak2nya dan rumahnya. Lalu setelah selesai, dengan hanya bermodalkan
sarapan sepotong ubi rebus dan teh tawar, sang guru pergi ke sekolah
dengan berjalan kaki.
Suatu pagi juga, di rumah sang murid. Dengan hanya menekan tombol, maka air panas mengalir melalui shower di kamar mandi yang mewah. Sarapan dengan gizi yang lebih dari cukup, sambil menonton TV dan browsing internet melalui laptop dan PDAnya. Lalu pergi ke sekolah dengan mobil super mewah.
Dan bertemulah mereka di ruang kelas.... Sang guru yang masih lapar dan pusing memikirkan mau makan apa seluruh keluarganya esok hari, si murid bertanya tentang kejadian dan perkembangan teknologi terbaru di belahan dunia yang lain.
Bisa anda bayangkan apa yang akan sang guru jawab? Bahkan TV tidak ada di rumahnya. Apalagi INTERNET!! Boro-boro langganan koran, internet... Maka bisa ditebak si guru akan terdiam bengong..........Guru adalah sumber ilmu,...terutama sekali adalah sumber tauladan untuk suatu idealisme. Tetapi itu semua telah hancur diterpa oleh sistem pendidikan yang berjalan tidak sesuai dengan aturan yang telah dibuat.
Suatu pagi juga, di rumah sang murid. Dengan hanya menekan tombol, maka air panas mengalir melalui shower di kamar mandi yang mewah. Sarapan dengan gizi yang lebih dari cukup, sambil menonton TV dan browsing internet melalui laptop dan PDAnya. Lalu pergi ke sekolah dengan mobil super mewah.
Dan bertemulah mereka di ruang kelas.... Sang guru yang masih lapar dan pusing memikirkan mau makan apa seluruh keluarganya esok hari, si murid bertanya tentang kejadian dan perkembangan teknologi terbaru di belahan dunia yang lain.
Bisa anda bayangkan apa yang akan sang guru jawab? Bahkan TV tidak ada di rumahnya. Apalagi INTERNET!! Boro-boro langganan koran, internet... Maka bisa ditebak si guru akan terdiam bengong..........Guru adalah sumber ilmu,...terutama sekali adalah sumber tauladan untuk suatu idealisme. Tetapi itu semua telah hancur diterpa oleh sistem pendidikan yang berjalan tidak sesuai dengan aturan yang telah dibuat.
Sistem yang seharusnya memakan biaya yang tinggi hanya di
akomodasi dengan biaya yang seadanya sehingga yang timbul adalah bentuk
kecurangan yang sudah merupakan rahasia umum. Guru yang idealis di
sorot, ditekan, dan sebagainya....sedang !!! Guru yang sudah kehilangan
idealismenya malah di pertahankan, disanjung, dan sebagainya. Hal ini
terbukti dengan guru memberi sejenis contekan dengan kata halus membantu
siswa pada saat UN,.....sehingga nurani kadang menghentak !!!!...apakah
ini yang diinginkan sistem pendidikan sekarang..?
Nasib guru di Indonesia, mirip nyayian Umar Bakri. Di bandingkan dengan
Malaysia, atau Singapura, sangat jauh tertinggal, baik kesejahteraannya,
maupun semangat kerjanya. Apalagi guru swasta, dan daerah terpencil.
Menurut pak Yusuf Kalla, nantinya penghasilan guru bakal mencapai Rp 5
juta/bulan, betul tidak, saya kurang tahu.
Di Taiwan, guru sekolah menengah malah ada yang doktor dan profesor. Di kita, dosen yang sudah mencapai pangkat profesor (bukan gelar lho ... tapi sering latah dikatakan .. halo pak prof!), malah banyak yang menjadi birokrasi (pejabat ini dan itu) lalu banyak meninggalkan kehidupan laboratorium.
Keadaan masih ter-balik2. Bahkan anggaran saja, banyak macet di biro keuangan.
Di Indonesia hari guru diperingati bersamaan dengan hari Persatuan Guru
Republik Indonesia setiap tanggal 25 November. Peringatan hari guru
biasanya diisi dengan upacara dan pemberian penghargaan pada guru
berprestasi, kepala sekolah maupun pengawas sekolah.Tetapi setelah upacara bubar apakah ada nuansa lain dan hikmah yang masih tersimpan dibenak peserta upacara-upacara itu? Jangan-jangan hanya seedar seremonial yang tak berbekas. Apakah kita sudah yakin nasib guru sekarang sudah lebih baik dari orde sebelumnya. Jawabannya sudah lebih baik, tapi hanya sebagaian kecil. Sedangkan potret Guru yang masih berpikir hari ini aku dan keluargaku mau makan apa masih banyak sekali. Sekedar pengganjal perut dengan ketela rebus tiap pagi agar tidak lapar waktu mengajar pun sampai sekarang masih bisa kita temui. guru yang belum punya rumah, hanya mengontrak dengan ukuran 4 x 4 untuk anak-anak dan istrinya pun masih bisa kita jumpai. Terus kemana anggaran pendidikan yang katanya sudah 20 %. Apakah tidak disisakan untuk kesejahteraan guru?Bahkan hari guru pun banyak oirang yang tidak tahu, yang ironis siswa atau mantan siswa pun tidak ingat lagi guru yang telah mengajarinya sehingga dia menjadi orang yang punya pangkat. Adakah orang seperti itu, pasti ada dan banyak. Profesi Guru masih menjadi profesi yang tidak mengenakan bagi nasib guru itu sendiri.
akhirnya Terus semangat wahai para guru untuk terus memberikan ilmu, mendidik dan
membentuk anak yang memiliki kepribadian kuat, sholeh dan mengenal
siapa diri, keluarga dan agamanya. Pahala yang mengalir akan selalu
tercurah untuk para guru melalui ilmunya yang bermanfaat untuk umat
walau secara fisik tidak mendapatkan imbalan seimbang dari waktu yang
tercurahkan untuk mencetak generasi baru yang penuh harapan. Guru yang
memiliki kepribadian baik akan memberikan pengaruh yang baik juga untuk
para siswanya. Guru yang ikhlas dalam mentransfer ilmu yang bermanfaat
akan membentuk mental yang baik bagi para muridnya. Guru yang
berorientasi pada pengembangan nilai pengetahuan siswa dan peningkatan
kualitas pribadi siswa aka melahirkan para calon ilmuwan yang akan
memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk mengembangkan masyarakat dan
peradaban yang baik. Bukan sebaliknya pintar tapi keblinger, pintar tapi
sombong