Oleh karena itu janganlah sampai kita menjadi orang yang merugi. Orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Kita harus optimis bahwa hari ini lebih baik dari hari kemarin dan besok akan lebih baik dari pada hari ini.
Marilah di tahun baru ini kita bersama-sama membulatkan
sekuat tenaga saling menjaga diri dan jiwa kita agar tetap berada di
jalan Ilahi. Ada baiknya penjagaan ini kita lakukan secara kolektif/beramal jamai. Bukankah Rasul Allah sendiri sudah banyak mencontohkan pada umatnya tentang amal jamai ini. Bukankah keamanan akan semakin mudah tercapai jika penjagaan itu
dilakukan bersama-sama? Artinya, penjagaan diri dari berbagai kesalahan
dan dosa alangkah baiknya jika kita lakukan bersama, dengan cara saling
mengingatkan. Andaikan ada salah pada diri saya mohonlah ingatkan saya,
dan jika saya mengingatkan anda janganlah anda tersinggung. Insyaallah
saya juga tidak tersinggung bila diingatkan. Karena hanya mereka yang
mau saling mengingatkanlah yang akan mendapatkan keuntungan.
Bukankah
surat al-Ashr mengajarkan hal yang demikian
والعصر * إن الأنسان لفى خسر * الا الذين أمنوا وعملوالصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر *
Surat di atas seolah sangat kontekstual sekali dengan keadaan kita
sekarang. Ayat pertama menegaskan “Demi masa” marilah di awal tahun yang
sedang bergulir ini kita mulai kesepakatan baru untuk saling
mengingatkan dan menasihati. Jika benar kesepakatan ini telah kita
tanamkan bersama di dalam hati, insyaallah ke depan hidup kita dapat
terkontrol. Bukankah maraknya tawuran antar desa yang merebak
akhir-akhir ini karena tak adanya kesadaran saling menasehati, andaikan
adapun itu selalu diikuti dengan ketersinggungan sehingga mengakibatkan
bentrokan? Semoga Allah memberi kita petunjuk dalam menjalani hari-hari
di tahun mendatang
Ironisnya Sebagian umat islam ada yang tidak tahu bahwa besok jumat adalah hari pertama bulan muharrom, bahkan malah melupakan tahun baru ini dan tidak ingat sama sekali. Mereka lebih ingat kepada tahun baru masehi. Entah karena memang tidak
didengung dengungkan seperti tahun baru masehi ataukah bagaimana.
Ada juga kebiasaan beberapa golongan masyarakat mengisi malam tahun baru yang
sering disebut malem siji suro
dengan mengadakan tirakat, sebagian lagi ada yang mengisi dengan
pengajian di majelis majelis ta’lim. Yang aneh adalah kadang saat malem
siji suro dipakai untuk mencuci pusaka seperti keris, tombak, atau yang
lainnya.
marilah kita sedikit mengenang kembali kisah dimana dimulai
dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada
622 M silam. Nabi Muhammad SAW memutuskan hijrah ke Madinah karena
masyarakat Mekah sudah tidak lagi mau menerima dakwahnya. Hijrah itu
sebagai langkah perubahan Nabi Muhammad SAW untuk membuat sesuatu yang
lebih baik di masyarakat Madinah. Di tempat yang baru Nabi Muhammad SAW
ternyata berhasil membangun peradaban baru yang lebih mencerahkan.
Peristiwa hijrah ke Madinah ini oleh sahabat Umar Bin Khattab dipakai
sebagai awal penanggalan Islam. 1 Muharram 1434 H adalah tahun
baru bagi umat Islam di bumi Allah SWT ini. Momentum tahun baru hijriah
ini harus kita jadikan sebagai sarana “hijrah” menuju kehidupan yang
lebih baik. Dalam Islam disebutkan: ” Haasibuu qobla antuhaasabuu. Yang
artinya hitunglah dirimu sebelum kamu sekalian dihitung(hisab)”. Sebagai
rasa syukur maka sebaiknyalah kita sebagai muslim yang taat
memanfaatkan tahun baru ini untuk menginstropeksi diri, mengevaluasi
diri, bermuhasabah atas segala perencanaan, perbuatan dan program hidup
yang telah dilakukan di tahun sebelumnya, jadikan saat-saat seperti ini
sebagai momen yang tepat bagi kita untuk selalu berinstropeksi diri
tentang amal-ibadah apa yang sudah kita capai dan hal apa saja yang
masih kurang dalam diri kita. Sehingga dengan instropeksi tersebut
nantinya bisa memperbaiki dan memperbaharui kekurangan-kekurangan kita
di masa depan dan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan tidak akan
diulangi lagi.
Ma’ruf al-Karhi berkata bahwa manusia itu seringkali orang-orang
mengakui tiga hal, tetapi sesering itu pula mereka menyalahinya. ” الناس يقولون ثلاثة أقوال, وقد خلفواها بأعمالهم"
Pertama يقولون نحن عبيد الله وهم يعلون عمل الأحرار mereka mengaku sebagai hamba Allah, tetapi kelakukannya sangat tercela.Marilah kita raba diri kita bersama, apakah kita termasuk di dalamnya? Kalau tahun kemaren kita akui termasuk di dalam golongan ini. Maka sejak hari ini marilah kita berjanji akan segera keluar dari kelompok ini dan menjadi orang yang benar-benar ‘abidullah’.
Kedua, وييقولون أن الله كفيل بأرزاقنا ولاتطمئن قلوبهم الا بالدنيا وجمع حطامها mereka menegaskan bahwa Allahlah yang mencukupi kehidupannya, tetapi perhatian dan hati mereka terborgol dengan keduniawian.
Nah inilah yang kedua saudara. Betapa berat kita tidak mengakuinya. Namun demikian, kita wajib berusaha melatih diri untuk meninggalkan kelompok ini. Dan setahap demi setahap belajar menyandarkan kehidupan ini kepada Allah Yang Maha Kaya. Latihan itu dapat kita awali dengan hal-hal yang ringan semenjak bangun tidur. Misalkan semenjak mata melek hindari berpikir mengenai bendawi. Biasakan bertanya terlebih dahulu kepada istri sudah shalat subuh belum, lalu kepada anak sudah subuh belum. Lalu membaca al-qur’an semampunya, baru kita melakukan aktifitas segalanya. Itu adalah langkah terkecil yang dapat dikembangkan oleh masing-masing pribadi sesuai keadaannya.
Ketiga,ويقولون لابد لنا من الموت وهم يعملون أعمال من لايموت mereka mengetahui bahwa kematian itu pasti, tetapi mereka bekerja seolah-olah akan hidup selamanya.
dikutip dari berbagai sumber